Selasa, 23 November 2010

Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.

BAGAIMANA CARA KITA TERHADAP LINGKUNGAN:

1.MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Karena pemanasan global, polusi, hutan yg berkurang, dan pasokan terbatas sumber daya alam, orang menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Sampah di lingkungan yang mempengaruhi udara, air, tanah, hewan, tumbuhan, dan manusia. Apabila kita menggunakan lingkungan sebagai limbah, kita mengambil tanah dari alam liar, polusi lingkungan, dan menguras sumber daya alam.

Maka sedikit demi sedikit Alam yang ada disekitar kita akan berubah menjadi tempat yang tak pernah akan kita impikan untuk anak cucu kita nanti, Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan kita yang terdaftar di BlackInnovationAwards atau biasa di singkat BIA, yaitu membuat suatu terobosan atau inovasi baru untuk tetap tinggal selaras dengan alam.

- Beli produk yang tidak memerlukan banyak energi dan sumber daya untuk manufaktur. Mencari produk yang ramah lingkungan berisi kemasan.

- Mengurangi penggunaan mobil dengan naik sepeda, carpooling dengan teman-teman, jalan kaki, atau dengan bus.

- Composting merupakan cara untuk membuang sampah dapur. Itu sehat untuk tanah dan sedikit sampah yang akan masuk ke lokasi penimbunan.

- Matikan lampu yang tidak digunakan dan menggunakan lampu hemat energi bulbs.

- Menonaktifkan Keran Air bila Anda penyikatan gigi.

- Gunakan tas kain grocery, bukan kantong plastik. Mereka dapat digunakan berulang kali.

- Logam kaleng dan plastik kontainer dapat digunakan untuk menyimpan item.

- Donasikan pakaian lama anda, mebel, dan mainan untuk amal, atau berikan kepada tetangga,teman yang membutuhkan.

DAMPAK STYROFOAM

Dampak bagi kesehatan:

Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakan sebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahan kimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makanan yang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization), EPA (Environmental Protection Agency) dan beberapa lembaga lainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen karena benzen yang digunakan untuk memproses butiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupun urine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyak ditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badan gemetaran, dan mudah gelisah.Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang berkurang.

Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:

1. Suhu yang tinggi
Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.

2. Kadar lemak tinggi
Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.

3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi
Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.

4. Lama kontak
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.

Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang antara lain :

- Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi system syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal.

– Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan stirena dan meningkatnya risiko leukemia dan limfoma.

– Berdasarkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga
dapat menyebabkan kanker pada manusia.

– Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jika kemasan polistirena digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol, karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal ini menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anak ditemukan monomer stirena meskipun anak-anak tersebut tidak pernah terpapar secara langsung.

Dampak bagi lingkungan:

Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang paling dihindari. Karena sifatnya yang tidak bisa diuraikan oleh alam sama sekali dan sulit didaur ulang karena kurangnya fasilitas daur ulang yang sesuai.

Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yang sangat berbahaya. Data dari EPA (Environmental Protection Agency) limbah hasil pembuatan styrofoam ditetapkan sebagai limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Bau pada proses produksinya mampu mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.

Setelah digunakan untuk waktu yang sangat singkat (hanya untuk menaruh membungkus makanan untuk sementara waktu atau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli) styrofoam yang sudah diproduksi dalam jumlah banyak itu dibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar